Selasa, 01 Maret 2011

Kemuliaan Sahabat Nabi SAW

Kemuliaan Beberapa Sahabat Nabi SAW
Thabarani telah mengeluarkan dari Rib'i bin Hirasy, Sekali peristiwa telah datang Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) ra. meminta izin menemui Mu'awiyah ra. dan beberapa orang tokoh kaum Quraisy sedang berada di sisi Mu'awiyah, dan Said bin Al-Ash duduk di sebelah kanannya. Apabila Abdullah bin Abbas masuk ke majlis Mu'awiyah itu, dia berkata kepada Said bin Al-Ash: Hai Said! Demi Allah, aku akan kemukakan beberapa masalah kepada Ibnu Abbas ini yang dapat menjadikannya serba salah untuk menjawabnya. Jawab Said: Orang seperti Ibnu Abbas ini, tidak ada apa pun yang dapat menahannya daripada menjawab pertanyaan-pertanyaanmu itu!

Setelah Ibnu Abbas ra. duduk, Mu'awiyah lalu melontarkan pertanyaannya yang pertama, katanya: "Apa pandanganmu tentang pribadi Abu Bakar?" tanya Mu'awiyah. "Moga-moga Allah merahmati Abu Bakar!" jawab Ibnu Abbas. "Itu saja?!" tanya Mu'awiyah lagi. "Tidak!" kata Ibnu Abbas, "demi Allah, dia itu sangat suka membaca Al-Quran, sangat membenci kepada kejahatan, tidak pernah membuat kekejian, selalu melarang berbuat kemungkaran, sangat ahli tentang urusan agamanya, kepada Allah amatlah takutnya, senantiasa bangun di waktu malamnya, bila siang berterusan puasanya, senantiasa membelakangi urusan dunianya, kepada rakyat terkenal adilnya, membuat makruf maksud kerjanya, senantiasa bersyukur dalam segala hal-keadaan, pagi dan petang berzikir lidahnya, dan untuk maslahat diri ditinggalkan kesemuanya. Dia senantiasa melebihi teman-temannya dalam kewara'an, dalam kesederhanaan. dalam kezuhudan, dalam kecukupan, dalam kebajikan, dalam kelengkapan, dalam kethaatan dan dalam menyesuaikan diri pada semua keadaan, maka kerana itu, mudah-mudahan Allah akan menurunkan kutukannya terhadap siapa yang membencinya hinggalah ke hari kiamat!".

"Baiklah", kata Mu'awiyah,"apa pula pendapatmu tentang Umar?". "Moga-moga Allah merahmati Abu Hafs (nama julukan Umar) itu", jawab Ibnu Abbas. "Bukankah Umar itu pembela Islam, pelindung anak-anak yatim, induknya iman, tempat bergantungnya orang-orang yang lemah dan tempat kembalinya semua orang yang beragama. Dia adalah benteng bagi sekalian ummat, tempat bermohon bagi semua rakyat. Dia berjuang menegakkan hak Allah dengan penuh tekun dan sabar, sehinggalah Allah,memenangkan agama ini kepada ramai manusia, dan membuka banyak negara yang di bawah taklukan musuhnya. Kini sebutan nama Allah tersebar pada setiap lembah dan negeri, pada setiap tanah rata dan bukit-bukit, ada setiap kota dan kampung halaman. Pada kata-kata yang keji ia selalu menjauhkan diri, pada keadaan susah dan senang ia tetap mensyukuri, tidak pernah berhenti dari mengingati Allah dan selalu menepati janji. Kerana itu, mudah-mudahan Allah akan menurunkan kemurkaannya kepada siapa yang membencinya hingga ke hari penyesalan di hari kiamat nanti!"

Mu'awiyah tidak berkata apa-apa, tetapi dia ingin menanyai Ibnu Abbas tentang Usman bin Affan pula yang datang dari sukunya sendiri, yakni Bani Umaiyah, katanya: "Sekarang, cobalah engkau berikan pandanganmu kepada Usman bin Affan pula?" kata Mu'awiyah. Ibnu Abbas ra. langsung menjawabnya, katanya: "Moga-moga Allah merahmati juga si bapak Amru itu!" kata Ibnu Abbas. "Dia adalah semulia-mulia anak cucu, yang kepada kaum keluarga suka membantu, dan dalam medan perang tidak gentar. Dia di waktu malam terus dalam keadaan bersujud, bergenang air mata bila mengingati Tuhan, siang dan malam menanggung fikiran, senantiasa bergerak ke arah sifat yang dimuliakan, senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan yang mencelakakan, demi memelihara diri dan mencari keselamatan. Dia mengeluarkan hartanya untuk membiayai bala tentera, dan membayar harga yang mahal untuk membeli sumber air untuk rakyat jelata, dan dia juga seorang yang menikahi dua puteri Nabi yang mulia. Maka moga-moga Allah menurunkan kemurkaannya ke atas siapa yang mencacinya hingga ke hari kiamat."

"Sekarang, apa pula katamu tentang Ali bin Abu Thalib?" tanya Mu'awiyah pula. "Moga-moga Allah merahmati bapak si Hasan itu", kata Ibnu Abbas. "Dia itu, demi Allah, adalah panji-panji hidayah, sarangnya taqwa, sumbemya segala akal dan kepintaran, pokok dari segala kecantikan dan kesempurnaan. Dia adalah cahaya yang bersinar di tengah kegelapan malam, selalu mengajak ke jalan yang benar dan mencari ilmu yang mendalam. Dia ahli dalam mengartikan kitab-kitab yang purba, pakar tentang pentakwilan Al-Quran yang mulia, senantiasa berpegang kepada sebab-sebab petunjuk agama, selalu membelakangi sikap yang zalim atau suka menganiaya, selalu menjauhkan diri dari jalan-jalan buruk dan binasa, suka mendampingkan diri kepada orang yang beriman yang taqwanya amat ketara. Dia adalah sebaik-baik orang yang bergamis dan menutup kepala, seutama-utama orang yang berhaji kemudian bersa'i pula.

Banyak toleransinya dalam segala perkara, nampak jelas keadilannya dalam kehakimannya di mana saja, amat bijak dalam pidato dan berbicara, tiada siapa yang dapat mengalahkannya biar datangnya dari segala penjuru alam dan dunia, hanya yang dapat mengatasinya ialah sekalian para Nabi dan Rasul yang mendapat keutamaan Tuhan, khususnya Nabi Muhammad yang terpelihara dan terutama dalam semua waktu dan zaman. Dia adalah orang yang pernah bersembahyang dengan Nabi sehingga mereka menghadapi ke arah dua kiblat, apakah ada orang lain yang dapat menandinginya? Dia telah menikahi semulia-mulia kaum perempuan (yakni Siti Fathimah binti Rasulullah), apakah ada orang yang dapat menyamainya? Kemudian dia juga ayah kepada dua cucunda Rasulullah yang sangat dikasihinya, apakah ada lagi kelebihan yang lebih tinggi daripadanya? Kedua belah biji mataku belum pernah melihat orang sepertinya, dan barangkali tidak akan dapat melihat seumpamanya hingga ke hari kiamat, hari pertemuan dengan Allah, Tuhan semesta alam. Jadi, siapa yang melaknatinya, maka turunlah laknat Allah dan laknat para hambanya ke atas orang itu hinggalah ke hari kiamat."

"Baiklah, apa katamu terhadap Thalhah dan Az-Zubair?" kata Mu'awiyah. "Moga-moga Allah merahmati keduanya", jawab Ibnu Abbas ra. "Mereka keduanya, demi Allah, adalah bersih dari tuduhan, baik dalam amalan, mereka suci dan patut disucikan, syahid dalam matinya, luas pengetahuannya.... cuma mereka tersilap, dan moga-moga Allah akan mengampuni keduanya dalam kesilapannya itu, berkat pembelaannya yang sudah terkenal dalam agama ini, dan persahabatan yang kekal dengan Nabi yang mulia, dan kerana amalan-amalan mereka yang baik yang sudah tidak perlu diperkenalkan lagi."

"Apa katamu kepada Al-Abbas itu (yakni bapa Ibnu Abbas sendiri)?" tanya Mu'awiyah. "Moga-moga Allah merahmati Abul Fadhl itu,'terang Ibnu Abbas, "dia itu bukan orang lain. Dia adik kepada ayah Rasulullah SAW dan menjadi cahaya mata orang pilihan Allah. Induk sekalian kaumnya, penghulu dari semua paman Nabinya. Pandangannya amat tajam kepada segala perkara, telaahannya amat tepat pada semua akibat. Namanya akan dikenang orang bila disebut tentang pengetahuannya, tiada siapa yang dapat menandinginya bila disebutkan tentang keutamaannya, dan bila dibicarakan tentang keturunannya, semua orang akan berundur diri kerana tidak sanggup menandingi keturunannya. Betapa tidak! Kerana dia berada di bawah naungan dan peliharaan orang yang sangat terkenal kemuliaannya pada setiap apa yang berjalan di atas muka bumi, dan beterbangan di udara yang lepas bebas, iaitu Abdul Mutthalib. Dia adalah semulia-mulia orang Quraisy yang berjalan di atas muka bumi, dan seutama-utama orang yang menunggang kenderaan..."

Ketika Usaha Dakwah Terhenti

Ketika Usaha Dakwah Terhenti

Ketika Khadijah rha. menemui suaminya Baginda Muhammad SAW. Ia (Khadijah rha) baru saja pulang dari rumah Waraqah. Ia menanyakan tentang tanda-tanda kenabian yang ada pada suaminya, pada saat itu lah Rasulullah SAW menerima wahyu ke-dua awal surah Al-Mudatsir. Rasulullah SAW kemudian berkata kepada istrinya "Tidak ada waktu lagi untuk istirahat... Jibril AS telah menyampaikan perintah Allah SWT kepadaku agar aku menjumpai setiap orang untuk mengajaknya kepada Islam, wahai istriku siapakah orang yang akan mengikutiku". "Aku ya Rasulullah, aku mengimani bahwa Allah SWT tiada tuhan selain Dia dan engkau adalah Rasulullah" Jawab Khadijah rha.

Demikianlah awal pengorbanan mereka yang tiada berhenti sehingga segala keperluan diri dikebelakangkan hanya untuk kemuliaan Islam. Hingga di akhir hayatnya Rasululah SAW ketika ditemani oleh Jibril AS yang datang untuk menghiburnya, Beliau SAW bertanya "bagaimana keadaan ummatku sepeninggalanku?". Keadaan ummatnya saja yang terfikir hingga akhir hayatnya.

Menjelang akhir hayatnya Rasulullah SAW mengirim satu jema'ah besar keluar kota Madinah dipimpin seorang panglima yang masih sangat muda, anak dari seorang bekas budak hamba sahaya yang kemudian menjadi anak angkat Beliau, Usamah bin Zaid r.ahuma. Belum sampai ke tujuan Jema'ah tersebut mendapat berita tentang wafatnya Baginda Rasulullah SAW. Akhirnya diputuskan jema'ah tersebut kembali ke Madinah.

Di Madinatul Munawwarah keadaan pun sedikit kacau, karena begitu sedih dan bingung banyak dari sahabat r.anhum yang tidak tahu harus berbuat apa pada saat itu. Umar ra. menghunuskan pedang berkeliling Madinah sambil berkata tidak mungkin Rasulullah SAW wafat, Utsman ra. hanya diam tidak tahu berbuat apa.. Sehingalah Abu Bakar ra., setelah menjenguk jasad Baginda SAW, tampil ke depan menenangkan.

Singkat cerita...
Usaha da'wah terhenti sebentar (dalam satu riwayat 7 hari), jema'ah yang dipimpin Usamah ra. belum diberangkatkan. Apa yang terjadi? Alim ulama menerangkan ketika da'wah terhenti sebentar ada 3 perkara besar terjadi:

1. Diangkatnya ketakutan dari hati orang kafir terhadap orang Islam
2. Banyak orang kembali murtad dan sebagian tidak mau lagi membayar zakat.
3. Munculnya Nabi palsu, Musailamah al Kahzab.

Tentara Romawi dan sekutu-sekutunya mengirim suatu kekuatan besar untuk membumi hanguskan Madinah dan seluruh orang Islam. Abu Bakar ra. memutuskan untuk segera mengirim kembali jema'ah yang sempat tertunda untuk menghadapi tentara kafir dengan tetap dipimpin oleh Usamah ra. Ada sebagian sahabat yang merasa keberatan dan ingin agar Usamah ra. dapat diganti dengan sahabat yang lebih berpengalaman tapi Abu Bakar ra. berkata,

"Belum lama jasad Rasulullah SAW dikebumikan, sekarang kalian hendak mengubah satu Sunnahnya"!

Jema'ah tersebut tetap dipimpin oleh Usamah bin Zaid r.anhuma. Semua sahabat yang tidak ada uzur diperintahkan untuk menyertai jema'ah tersebut. Amirul Mukminin, Abu Bakar ra. meminta kesediaan Usamah ra. untuk membolehkan beberapa sahabat tetap tinggal di Madinah untuk tugas-tugas lain. Khalid bin Walid ra. ditugaskan memimpin 500 orang untuk menghancurkan Musailamah al Kahzab, Umar ra. ditugaskan memimpin 50 orang untuk menhadapi mereka yang tidak mau membayar zakat. Sehingga tinggallah di kota Madinah orang-orang tua dan Abu Bakar ra. sebagai Amirul Maukminin untuk mengendalikan keadaan di Madinah. Seorang sahabat lagi bertanya kepada Abu Bakar ra. berkata "Wahai Amirul mukminin kalau semua kita menyertai jema'ah ini bagaimana keadaan kota Madinah yang di dalamnya ada Ummahatul mukminiin, istri-istri Rasulullah SAW". Abu Bakar ra berkata,

"Aku lebih rela istri-istri nabi diserang musuh dan bangkainya dicabik-cabik serigala daripada agama dan usaha agama ini terhenti".

Akhirnya Jema'ah tersebut diberangkatkan dengan dilepas sendiri oleh Amirul Mukminin Abu Bakar ra. Di Madinah, semua sahabat yang uzur diperintahkan untuk membuat 'amalan masjid. Mengisinya dengan Da'wah menjumpai orang-orang di Madinah yang keyakinannya goyah atau telah keluar dari Islam untuk dapat kembali kepada Islam. Mereka kemudian diajak ke Masjid Nabawi untuk duduk di dalam majelis dan dibangkitkan semangatnya kembali serta memperbanyak 'amal ibadah dan berdo'a memohon bantuan Allah SWT. Sebagaian lagi diberi tugas untuk melayani tamu-tamu yang datang dan menyiapkan segala keperluan jema'ah masjid.

Dari usaha dan kerja di Masjid Nabawi tersebut alim ulama menerangkan terbentuk beberapa jema'ah da'wah yang dikirim ke kawasan yang berdekatan dengan Madinah, menjumpai setiap orang yang berada di kabilah terdekat untuk kembali kepada Islam dan Iman. Sehingga di dalam suatu riwayat selama tiga hari-tiga malam di kota Madinah tidak terdengar suara adzan.

Kembali kepada Jema'ah yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid ra. Selama perjalanan untuk menghadapi tentara kafir mereka telah berhenti beberapa kali. Alim ulama menerangkan bahwa Usamah ra. telah memerintahkan jema'ah tersebut untuk berhenti dan membongkar segala perlengkapan dan memasang tenda dan berbagai keperluan lainnya. Ketika semua telah selesai, ia, Usamah ra. memerintahkan untuk melanjutkan perjalanan. Semua sahabat r.ahum tha'at. Mereka segera membongkar tenda mengumpulkan segala perbekalan dan sebagainya. Di tempat yang lain Usamah ra. memberikan perintah yang sama sehingga beberapa kali jema'ah tersebut membongkar memasang dan membongkar lagi perbekalan serta tenda mereka.

Alim ulama menerangkan bahwa walaupun pada zhahirnya terlihat seperti tidak teratur dan tidak terorganisir akan tetapi dengan ketha'atan kepada Amir dan bergeraknya mereka tersebut fii sabilillaah. Allah SWT telah tanamkan kembali di dalam hati musuh Islam ketakutan terhadap ummat Islam. Tentara Romawi dan sekutunya menjumpai bekas-bekas perkemahan dan barang-barang perbekalan sahabat r.ahum dapat menghitung berapa kekuatan pasukan Muslimin. Di tempat yang lain mereka menjumpai tanda-tanda bahwa di tempat itu juga sepasukan yang besar pernah berkemah. Sehingga akhirnya tentara musuh Islam tersebut berkesimpulan kalau dengan jumlah sahabat r.ahum sedemikian besar yang berada di luar Madinah maka pasti jumlah yang lebih besar lagi ada di dalam Madinah. Dan mereka memutuskan untuk mundur karena mereka yakin mereka tidak akan menang menghadapi orang Islam. Begitu juga Musailamah al Kahzab dan pengikutnya beserta benteng di Yamamah yang telah didirikannya akhirnya dapat di hancurkan.

Tiga perkara besar yang terjadi akibat usaha da'wah terhenti sebentar akhirnya dapat dikembalikan. Orang-orang kembali kepada Islam dan mau membayar zakat, Allah SWT tanamkan kembali ketakutan di dalam hati musuh Islam dan Allah SWT hancurkan nabi palsu.

Senin, 28 Februari 2011

Sifat-Sifat para Sahabat Nabi

an

Sifat-Sifat Para Sahabat (1)

Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim telah mengeluarkan berita ini dari As-Suddi dalam maksud firman Allah ta'ala: "Kamu adalah sebaik-baik ummat yang dikeluarkan kepada manusia..." (Ali Imran: 110). Berkata Umar bin Al-Khatthab ra.: Jika Allah berkehendak niscaya Dia telah mengatakan Antum, yang termasuk semua kita. Akan tetapi Allah ta'ala mau mengkhususkan Kuntum itu hanya buat para sahabat Nabi Muhammad SAW semata dan siapa yang membuat seperti yang dibuat oleh mereka saja, yang bakal menjadi sebaik-baik ummat yang dikeluarkan bagi manusia.

Tersebut pada Ibnu Jarir lagi yang meriwayatkannya dari Qatadah ra. katanya: Diberitakan kepada kami bahwa Umar bin Al-Khatthab ra. pemah membaca ayat Kuntum khaira ummatin... kemudian dia berkata kepada orang ramai: "Hai manusia! Siapa yang mau dikategorikan ke dalam golongan orang yang disebutkan ayat tadi, maka hendaklah dia memenuhi syarat-syarat Allah padanya!"(Kanzul Ummal 1:238)

Abu Nu'aim telah-mengeluarkan dari Ibnu Mas'ud ra. katanya: "Sesungguhnya Allah telah memandang pada hati para hambaNya,lalu dipilihnya Muhammad SAW dan dibangkitkanNya dengan perutusanNya, dan dilantikNya dengan pengetahuanNya untuk dijadikan Rasul. Kemudian Allah ta'ala memandang lagi pada hati manusia sesudah itu, lalu dipilihNya beberapa orang sahabat Nabi dan dijadikanNya mereka sebagai pembantu-pembantu agamaNya, dan sebagai wazir-wazir NabiNya SAW. Tegasnya, apa yang dianggap orang-orang Mukminin itu baik, maka baiklah dia. Dan apa yang dianggap orang-orang Mukminin itu buruk, maka buruklah dia dalam pandangan Allah".(Hilyatul-Auliya' 1:375)

Abu Nu'aim juga telah mengeluarkan dari Abdullah bin Umar ra. katanya: "Barangsiapa yang mau meniru, hendaklah ia meniru perjalanan orang yang sudah mati, iaitu perjalanan para sahabat Nabi Muhammad SAW, karena mereka itu adalah sebaik-baik ummat ini, dan sebersih-bersihnya hati, sedalam-dalamnya ilmu pengetahuan, dan seringan-ringannya penanggungan. Mereka itu adalah suatu kaum yang telah dipilih Allah untuk menjadi para sahabat NabiNya SAW dan bekerja untuk menyebarkan agamanya. Karena itu, hendaklah kamu mencontohi kelakuan mereka dan ikut perjalanan mereka. Mereka itulah para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berdiri di atas jalan lurus, demi Allah yang memiliki Ka'bah!"(Hilyatul-Auliya' 1:305)
Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Ibnu Mas'ud ra. katanya: "Kamulah orang yang paling banyak puasanya, paling banyak shalatnya, dan terlalu banyak ijtihadnya dari golongan sahabat Rasulullah SAW namun begitu mereka itu, yakni para sahabat adalah lebih baik dari kamu! Mereka lalu berkata: "Hai bapak Abdul Rahman! Mengapa sampai begitu? Jawab Ibnu Mas'ud: "Sebab mereka itu lebih banyak berzuhud pada dunia, dan lebih kuat keinginannya pada akhirat!" (Hilyatul-Auliya' 1:136)
Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Abu Wa'il, yang mengatakan bahwa Abdullah bin Mas'ud pernah mendengar seorang lelaki berkata: Di manakah orang-orang yang berzuhud pada dunia, dan yang sangat mencintai akhirat?! Lalu dijawab oleh Abdullah: Mereka itulah Ash-habul labiyah, yang mengikat janji antara satu dengan yang lain - dan mereka itu kesemuanya sebanyak 500 orang dari kaum Muslimin - agar mereka tidak akan kembali lagi sehingga mereka sekalian pupus sampai ke akhirnya. Merekalalu mencukur kepala mereka dan terus bertempur dengan musuh, sehingga semua mereka mati, kecuali orang yang membawa berita ini! (Hiyatul-Auliya' 1: 135)
Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Ibnu Umar ra. bahwa dia pemah mendengar seorang lelaki berkata: Di manakah orangorang yang berzuhud pada dunia, dan yang sangat mencintai akhirat? Ibnu Umar ra. Ialu menunjukkan makam Nabi SAW dan makam Abu Bakar dan Umar, Ialu bertanya: Apakah engkau bertanya tentang mereka ini? (Hilyatul-Auliya' 1:307)
Ibnu Abid-dunia pula mengeluarkan dari Abu Arakah, Sekali peristiwa aku bershalat dengan Ali ra. shalat Subuh, dan setelah selesai shalat, dia lalu duduk miring ke kanan, berdiam diri dan tampak pada wajahnya ada tanda susah, sehingga apabila matahari meninggi setinggi tombak dia lalu bangun bershalat dua rakaat, kemudian dia membalik-balikkan tangannya, seraya berkata: Demi Allah, aku telah melihat sendiri betapa baiknya para sahabat Rasulullah SAW itu.
Tetapi sayang sekali, tiada seorang pun sekarang yang dapat menyerupai mereka. Mereka semua berwajah pucat berambut kusut masai, berpakaian compang-camping, laksana segerombolan kambing dalam gembalaannya. Mereka menghabiskan malam dengan bersujud kepada Allah, bangun beribadat karena membaca Kitab Allah. tanda-tanda itu dapat dilihat pada dahi-dahi mereka dan tumit-tumit mereka. Bila mereka bangun pagi dan berzikir kepada Allah, mereka seolah-olahnya seperti pepohonan yang bergerak karena ditiup angin menderu, air mata mereka mengalir terus membasahi pakaian mereka.
Sayang sekali pada masa kini sudah tidak ada lagi orang yang menjejak perjalanan mereka itu, karena semua orang telah ditimpa kelalaian. Kemudian Ali ra. bangun dari tempatnya, dan kelihatan dia tidak pernah tertawa lagi selepas hari itu, sehinggalah dia dibunuh oleh Ibnu Muljam, musuh Allah yang jahat itu. (Al-Bidayah Wan-Nihayah 8:6) Berita yang sama juga diriwayatkan oleh Abu Nu'aim (Hilyatul Auliya' 1:76) dan Ad-Dinauri, Al-Askari dan Ibnu Asakir (Kanzul Ummal 8:219)

Senin, 21 Februari 2011

Nasihat Ali Bin Abi Thalib Karromallahu Wajhah

Nasihat Imam Ali Bin ABi thalib

Hidupkanlah hati dan pikiranmu dengan menerima dan memperhatikan nasehat. Jadikanlah kesalehan sebagai penolong untuk menghilangkan keinginan- keinginan nafsumu yang tidak terkendali. Binalah budi pekertimu dengan pertolongan keyakinan yang tulus pada agama dan Allah.

Taklukkanlah keinginan-keinginan pribadimu, kesesatan hatimu dan kebandelanmu dengan senantiasa mengingat kematian. Sadarilah akan kefanaan hidup dan segala kenikmatannya. Insyafilah kenyataan dari kemalangan dan kesengsaraan yang senantiasa menimpamu serta
perubahan keadaan dan waktu. Ambillah pelajaran dari sejarah kehidupan orang-orang terdahulu.

Jangan membicarakan apa yang tidak engkau ketahui. Jangan berspekulasi dan memberi pendapat atas apa yang kau tidak berada dalam kedudukan untuk memberi pendapat tentangnya. Berhentilah jika khawatir akan tersesat. Adalah lebih baik berhenti disaat kebingungan daripada maju merambah bahaya-bahaya yang tak tentu dan resiko-resiko yang tak terduga.

Berjuanglah dan berjihadlah demi mempertahankan dan demi tegaknya kalimat Allah. Jangan takut dan khawatir bahwa orang-orang akan mengejekmu, mengecam tindakanmu dan memfitnahmu. Janganlah gentar dan ragu membela kebenaran dan keadilan. Hadapilah dengan sabar
penderitaan dan kesengsaraan yang menimpa. Hadapilah dengan berani rintangan yang menghalangi ketika engkau berupaya mempertahankannya. Sokonglah kebenaran dan keadilan setiap kali engkau menjumpainya.

Binalah kesabaran dalam menghadapi segala kesulitan, bencana dan kesengsaraan. Kesabaran merupakan salah satu diantara moral yang tertinggi dan akhlak yang mulia, dan merupakan suatu kebiasaan yang terbaik yang dapat dibina. Bersandar dirilah kepada Allah dan mintalah senantiasa perlindunganNya dari segala bencana dan penderitaan. Jangan mengharap pertolongan dan perlindungan dari siapapun kecuali Allah.

Ketahuilah bahwa sombong dan bangga diri adalah bentuk-bentuk kebodohan dan berbahaya bagi jiwa dan pikiran. Oleh karena itu, jalanilah kehidupan yang seimbang dan berusahalah untuk berlaku jujur dan tulus. Apabila mendapat bimbingan dari Allah untuk mencapai apa-apa yang diinginkan, maka janganlah berbangga dengan perolehan itu. Tunduk dan merendahlah dihadapan Allah dan sadarlah bahwa keberhasilan itu semata-mata karena kasih dan karunia-Nya.

(Nasehat dari Ali bin Abi Thalib Wafat 21 Ramadlan 40 H ,10 Oktober 680).

Wa min Allah at Tawfiq

Jumat, 18 Februari 2011

Abdullah Bin Abbas

Abdullah bin Abbas adalah pemuda yang dewasa, mempunyai lisan yang selalu bertanya dan akal yang sangat cerdas” (Umar bin Khattab)







Sungguh sahabat kita yang mulia ini mempunyai kemuliaan dalam segala hal. Tidak ada sedikitpun yang tidak terjamah dengan kemuliaannya. Kemuliaannya yang pertama ialah sebagai seorang sahabat Rasulullah. Meskipun dia dilahirkan jauh hari dari Rasulullah, namun Abdullah bin Abbas masih sempat mendapat kemuliaan untuk menjadi sahabat beliau.
Kemuliaan yang kedua ialah hubungan kerabatnya dengan Rasululllah. Abdullah bin Abbas adalah sepupu Rasulullah Saw. Kemuliaannya yang ketiga  adalah keilmuannya yang luas. Abdullah bin Abbas adalah seorang alim dan shalih dari kalangan umat nabi Muhammad. Dia juga merupakan lautan ilmu yang sangat dalam.
Kemuliaan yang lainnya adalah ketakwaanya. Abdullah bin Abbas merupakan orang yang sering puasa di siang hari, sering shalat tahajjud pada malam hari, dan sering beristighfar di waktu pagi menjelang subuh. Abdullah bin Abbas adalah orang yang sangat sering menangis karena takut kepada Allah. Karena seringnya beliau menangis air matanya membekaskan dua garis di pipinya.
Dialah Abdullah bin Abbas, pendidik yang alim dan mengenal Allah dari kalangan umat nabi Muhammad. Dia adalah orang yang paling mengetahui kitab Allah dan paling pandai dalam mentakwilkannya, paling pandai dalam menyelami kandungan-kandungannya, hingga menemukan maksud-maksud serta rahasia-rahasia al-Qur’an.
Abdullah bin Abbas dilahirkan tiga tahun sebelum hijrah. Ketika Rasulullah wafat usianya tidak lebih dari 13 tahun saja.
Meskipun demikian namun Abdullah bin Abbas menghafal 1660 hadis Rasulullah untuk kaum muslimin yang sering diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam dua kitab shahihnya.
Ketika Abdullah bin Abbas dilahirkan, dia dibawa  menuju Rasulullah. Rasulullah memasukkan air liur beliau ke  tenggorokannya dengan tangan beliau. Sehingga yang pertama kali masuk ke dalam perutnya adalah air liur Rasulullah yang berkah dan suci. Bersamaan dengan masuknya air liur tersebut masuk pula takwa dan hikmah ke dalam dirinya.
“Barangsiapa yang diberikan hikmah maka sungguh dia telah diberikan kebaikan yang banyak”
Ketika pemuda dari bani Hasyim itu menginjak dewasa dan mencapai usia baligh, ia selalu mendampingi Rasulullah. Kedekatannya seperti mata yang selalu mengikuti pemiliknya. Abdullah bin Abbas selalu menyiapkan air wudlu untuk Rasulullah ketika beliau hendak wudlu.
Saat Rasulullah shalat, Abdullah bin Abbas shalat di belakang beliau. Ketika Rasulullah bepergian, Abdullah bin Abbas selalu membonceng dibelakang beliau.
Kedekatannya dengan Rasulullah seperti bayangan beliau yang selalu mengikuti kemanapun beliau berjalan dan dimanapun beliau berputar.
Disamping Abdullah bin Abbas selalu mengikuti Rasulullah, Abdullah bin Abbas juga mempunyai hati yang sangat jernih, otak yang cerdas, dan sangat pandai menghafal meskipun tanpa alat penghafal yang canggih seperti sekarang.
Abdullah bin Abbas bercerita tentang dirinya,
Pada suatu ketika Rasulullah ingin berwudlu, dengan sigap aku menyiapkan air wudlu beliau. Rasulullah sangat senang dengan yang aku lakukan.
Ketika beliau hendak shalat, beliau menunjukku untuk shalat di samping beliau. Namun aku berdiri di belakang beliau. Selesai shalat beliau mencondongkan badan beliau ke arahku dan bertanya, “Apa yang menghalangimu untuk shalat di sampingku wahai Abdullah?” Aku menjawab, “Engkau lebih mulia dan lebih terhormat di pandanganku daripada aku berdiri di sampingmu.” Lalu Rasulullah mengangkat kedua tangannya ke langit seraya berdoa, “Ya Allah, berikanlah hikmah kepadanya”
Dan ternyata Allah mengabulkan doa nabi Muhammad Saw.. Allah memberikan hikmah kepada Abdullah bin Abbas melebihi para ahli hikmah lainnya.
Tidak diragukan lagi, pasti anda sangat ingin untuk mendengarkan cerita demi cerita Abdullah bin Abbas. Inilah kisah-kisah yang anda inginkan.
Ketika sahabat Ali bin Abi Thalib berseteru dengan Muawiyah, para sahabat Ali meninggalkan dirinya. Abdullah bin Abbas berkata kepada Ali, “Wahai Amirul Mukminin, izinkanlah aku mendatangi kaummu dan menjelaskan kepada mereka.” Ali bin Abi Thalib menjawab, “Aku sangat mengkhawatirkanmu jika engkau terkena bahaya mereka.” Abdullah bin Abbas berkata, “Sekali-kali tidak mungkin hal itu akan terjadi, jika Allah menghendaki.”
Lalu Abdullah bin Abbas menemui mereka. Ketika melihat mereka ternyata tidak ada satu kaumpun yang lebih giat dalam beribadah melebihi mereka.
Mereka berkata, “Selamat datang wahai Ibnu Abbas! Ada apa engkau datang kemari?” Abdullah bin Abbas berkata, “Aku datang untuk memberikan penjelasan kepada kalian.”
Sebagian mereka menjawab, “Tidak usah kamu menjelaskannya pada kami.” Namun sebagian yang lainnya menjawab, “Jelaskanlah, kami akan mendengarkannya.”
Abdullah bin Abbas berkata, “Apa yang menyebabkan kalian mengingkari sepupu Rasulullah yang sekaligus menantu beliau dan juga orang yang pertama kali beriman pada beliau (Ali)?”
Mereka menjawab, “Kami mengingkari tiga hal darinya.”
Abdullah bin Abbas bertanya, “Apa saja itu?”
Mereka menjawab, “Yang pertama, karena dia menjadikan orang-orang yang berada di dalam agama Allah sebagai hakim[1]. Yang kedua, dia memerangi Aisyah dan Muawiyah, namun tidak mengambil ghanimah (rampasan perang)  dan tawanan perang. Yang ketiga, dia menghapus gelar Amirul Mukminin dari dirinya. Padahal kaum mukminin membaiatnya dan mengangkatnya menjadi pemimpin.”
Abdullah bin Abbas berkata, “Bagaimana jika aku bacakan ayat Al-Qur’an kepada kalian dan aku bacakan hadis Rasulullah yang tidak kalian ingkari. Apakah kalian akan merubah pendirian yang kalian pegang tersebut?”
Mereka menjawab, “Iya!”
Abdullah bin Abbas membacakan firman Allah,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, Maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka’bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah Telah memaafkan apa yang Telah lalu. dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.(al-Maidah:95)
Abdullah bin Mas’ud bertanya, “Aku bersumpah kepada kalian dengan nama Allah. Bagaimana tanggapan kalian dengan laki-laki yang menjaga harga diri, darah dan perdamaian di antara mereka dengan seekor kelinci yang harganya tidak lebih dari seperempat dirham. Apakah  menjaga diri, harta, dan perdamaian lebih berhak daripada menjaga kelinci?”
Mereka menjawab, “Yang lebih berhak adalah menjaga darah, diri dan perdamaian di antara mereka. “
Abdullah bin Abbas bertanya, “Sudahkah kalian faham dengan hal ini?”
Mereka menjawab, “Iya.”
Abdullah bin Abbas bertanya, “Jika kalian mengatakan, sesungguhnya Ali berperang namun tidak mengambil tawanan wanita, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah. Apakah kalian menghendaki jika Ali menawan Aisyah, ibu kalian dan menghalalkan kehormatannya (boleh dikumpuli) sebagaimana Rasulullah menawan perempuan lain? Jika kalian menghendaki Ali untuk menawan Aisyah, maka sungguh kalian telah kafir. Namun jika kalian mengatakan bahwa Aisyah bukan ibu kalian, maka sungguh kalian juga kafir, karena Allah Swt.  berfirman,”
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. (al-Ahzâb:6)
Abdullah bin Abbas bertanya, “Sudahkah kalian faham dengan hal ini?”
Mereka menjawab, “Iya.”
Abdullah bin Abbas menjawab, “Sekarang terserah kalian memilih yang mana saja.”
Abdullah bin Abbas berkata, “Adapun perkataan kalian, sesungguhnya Ali menghapus gelar Amirul Mukminin dari dirinya. Alasannya adalah, pada peristiwa perjanjian Hudaibiyyah Rasulullah meminta kaum musyrikin untuk  menulis isi perjanjian itu dengan nama beliau Muhammad Rasulullah, namun mereka enggan dan berkata, “Kalimat ‘Rasulullah’ (Utusan Allah) inilah yang membuat kami memerangimu” tulislah Muhammad bin Abdullah.” Dan Rasulullahpun menuruti kemauan mereka. Beliau berkata, “Sungguh aku adalah Rasulullah, meskipun kalian mendustakanku. “
Abdullah bin Abbas kembali bertanya, “Apakah kalian sudah faham hal ini?”
Mereka menjawab, “Iya.”
Hasil dari pembicaraan Ali yang penuh dengan hikmah yang dalam dan alasan yang kuat ini adalah kembalinya 20.000 orang ke barisan Ali bin Abi Thalib. Sedangkan 4000 orang lainnya masih memusuhi dan melawan Ali serta berpaling dari kebenaran.
Pemuda yang bernama Abdullah bin Abbas ini menempuh berbagai jalan untuk menuntut ilmu. Untuk meraih ilmu yang dia tuju dia mengerahkan segenap tenaganya.
Abdullah bin Abbas minum dari ‘sumber air’ Rasulullah selama hidup beliau. Ketika Rasulullah pulang ke haribaan Allah, Abdullah bin Abbas mencari ilmu dari para ulama’ yang masih tersisa. Dia mengambil ilmu dari mereka dan juga berguru secara tatap muka dengan mereka.
Abdullah bin Abbas bercerita tentang dirinya,
Apabila ada salah seorang sahabat yang menyampaikan hadis Rasulullah kepadaku, aku langsung mendatangi pintu rumah beliau di kala beliau sedang tidur siang. Aku membentangkan selendangku di teras rumahnya. Hingga angin-angin menerbangkan debu ke badanku. Seandainya saja aku meminta izin kepada beliau niscaya beliau mengizinkanku. Sungguh aku melakukan hal tersebut agar tidak mengganggu istirahat beliau.
Ketika Rasulullah keluar dari rumahnya dan melihat kondisi Abdullah bin Abbas seperti itu, beliau bertanya, “Wahai sepupu Rasulullah, apa yang mendorongmu untuk datang kepadaku? Tidakkah cukup engkau mengirim surat kepadaku kemudian aku mendatangimu?”
Abdullah bin Abbas berkata, “Aku lebih berhak untuk mendatangimu. Karena ilmu itu didatangi bukan mendatangi.” Baru setelah itu aku bertanya kepada beliau hadis yang beliau sabdakan.
Meskipun Abdullah bin Abbas menghinakan dirinya dalam menuntut ilmu namun dia sangat menghormati para ulama’.
Lihatlah ketika Zaid bin Tsabit, penulis wahyu dan pemimpin penduduk Madinah dalam masalah Fiqih, Qira’ah, dan ilmu Fara’idl (ilmu waris) menunggang kendaraannya, Abdullah bin Abbas, pemuda dari Bani Hasyim itu berdiri di hadapannya seperti berdirinya seorang budak kepada tuannya. Abdullah bin Abbas memegangi unta Zaid bin Tsabit dan memegang tali kendalinya.
Zaid berkata padanya, “Wahai sepupu Rasulullah, lepaskanlah tali itu!”
Ibnu Abbas berkata, “Beginilah kami diperintahkan untuk berperilaku kepada  ulama’ kami.”
Zaid berkata, “Tunjukkan tanganmu padaku!”
Abdullah bin Abbas mengeluarkan dua tangan beliau. Pada waktu itu Zaid bin Tsabit membungkukkan tubuhnya dan mencium tangannya. Zaid berkata, “Beginilah kami diperintahkan untuk berperilaku kepada keluarga nabi kami.”
Abdullah bin Abbas terbiasa mencari ilmu dengan cara seperti itu. Bahkan hal itu menjadi sesuatu yang sangat menakjubkan bagi para pujangga.
Masru’ bin al-Ajda’, salah seorang tokoh tabi’in berkata, “Ketika aku melihat Abdullah bin Abbas, aku selalu mengatakan “inilah manusia yang paling tampan.”
Apabila aku mendengar dia berkata, aku mengucapkan, “Inilah orang yang paling fasih lisannya.”
Apabila dia berbicara tentang keilmuan aku berkata, “Inilah orang yang paling alim (luas wawasannya) di kalangan manusia.
Ketika keilmuan Abdullah bin Abbas hampir mencapai kesempurnaan yang dia inginkan, Abdullah bin Abbas menjadi guru bagi semua manusia.
Rumahnya adalah kampus bagi kaum muslimin. Ya, kampus dalam arti seperti di masa modern ini. Hanya saja terdapat perbedaan antara kampus Abdullah bin Abbas dengan kampus saat ini.
Kampus saat ini dipenuhi dengan puluhan dosen, sedangkan kampus Abdullah bin Abbas hanya bertumpu kepada satu dosen saja, yaitu Abdullah bin Abbas.
Salah seorang sahabatnya berkata, “Sungguh aku sudah tahu betul majlis Abdullah bin Abbas. Seandainya saja semua kaum Quraisy membanggakan majlis Abdullah bin Abbas, sungguh hal itu sudah tepat untuk menjadi kebanggaan.”
Aku melihat banyak sekali orang yang berkumpul di jalan yang menuju ke rumahnya, hingga jalan tersebut disesaki oleh mereka. Aku masuk ke dalam rumahnya dan memberitahunya bahwa manusia sudah berjejal-jejalan di pintu rumahnya.“
Abdullah bin Abbas berkata kepadaku, “Sediakanlah air wudlu untukku!”
Setelah itu Abdullah bin Abbas berwudlu dan duduk. Dia berkata kepadaku, “Katakanlah kepada mereka, siapa yang menginginkan ilmu tentang al-Qur’an dan cara membacanya, silahkan masuk!”
Lalu aku keluar dan mengatakan hal itu kepada orang-orang yang sudah berdesakan diluar. Akhirnya mereka yang menginginkan ilmu tersebut masuk ke dalam rumahnya hingga memenuhi kamar beliau. Semua pertanyaan yang diajukan kepadanya, dia jawab dengan baik. Bahkan Abdullah bin Abbas menjawab melebihi apa yang mereka inginkan. Lalu Abdullah bin Abbas berkata kepada mereka, “Berikanlah jalan untuk saudara kalian yang lain!” Lalu mereka keluar.
Abdullah bin Abbas berkata kepadaku, “Katakan kepada mereka, siapa yang ingin bertanya tentang tafsir dan takwil al-Qur’an silahkan masuk!” Lalu aku keluar dan mengatakan hal tersebut kepada mereka.
Akhirnya mereka masuk dan memenuhi kamarnya. Semua pertanyaan mereka dia jawab dengan baik, bahkan dia jawab dengan jawaban yang lebih menyeluruh dari pertanyaan mereka. Setelah itu Abdullah bin Abbas berkata kepada mereka, “Berikanlah jalan untuk saudara kalian yang lain!” Lalu mereka keluar.
Abdullah bin Abbas berkata kepadaku, “Keluarlah dan katakan kepada mereka, siapa yang ingin bertanya tentang halal dan haram serta hukum fikih, silahkan masuk!” Lalu aku keluar dan mengatakan hal tersebut kepada mereka.
Akhirnya mereka masuk dan memenuhi kamarnya. Semua pertanyaan mereka dia jawab dengan baik, bahkan dia menjawab dengan jawaban yang lebih menyeluruh dari pertanyaan mereka. Setelah itu Abdullah bin Abbas berkata kepada mereka, “Berikanlah jalan untuk saudara kalian yang lain!” Lalu mereka keluar.
Abdullah bin Abbas berkata kepadaku, “Keluarlah dan katakan kepada mereka, barangsiapa yang ingin bertanya tentang ilmu faraidl dan yang semisalnya, silahkan masuk!” Lalu aku keluar dan mengatakan hal tersebut kepada mereka.
Akhirnya mereka masuk dan memenuhi kamarnya. Semua pertanyaan mereka dia jawab dengan baik, bahkan dia jawab dengan jawaban yang lebih menyeluruh dari pertanyaan mereka. Setelah itu Abdullah bin Abbas berkata kepada mereka, “Berikanlah jalan untuk saudara kalian yang lain!” Lalu mereka keluar.
Abdullah bin Abbas berkata kepadaku, “Keluarlah dan katakan kepada mereka, siapa yang ingin bertanya tentang syair, bahasa arab dan makna-makna kalimat asing silahkan masuk!” Lalu aku keluar dan mengatakan hal tersebut kepada mereka.
Akhirnya mereka masuk dan memenuhi kamarnya. Semua pertanyaan mereka dia jawab dengan baik, bahkan dia jawab dengan jawaban yang lebih menyeluruh dari pertanyaan mereka.
Orang yang menceritakan hal ini mengatakan, “Seandainya semua orang Quraisy membanggakan hal tersebut, sungguh hal itu sudah merupakan sebuah kebanggaan.”
Abdullah bin Abbas mempunyai keinginan untuk membagikan ilmu sesuai hari-hari yang ada, hingga tidak terjadi desak-desakan di pintunya seperti hari itu. Abdullah bin Abbas membagi satu hari dalam satu minggu khusus untuk mempelajari ilmu tafsir. Satu hari berikutnya khusus untuk mempelajari ilmu fikih. Satu hari berikutnya khusus untuk mempelajari sejarah peperangan Rasulullah, satu hari berikutnya khusus untuk mempelajari syair, satu hari berikutnya khusus untuk mempelajari hari-hari orang Arab. Semua orang alim yang duduk di majlisnya tunduk padanya. Semua yang bertanya kepadanya pasti akan mendapatkan ilmu.
Abdullah bin Abbas juga merupakan orang yang selalu diajak bermusyawarah oleh para khalifah karena kelebihan ilmunya dan kefakihannya. Meskipun saat itu usianya masih muda.
Apabila Umar bin Khattab memiliki masalah yang sangat sukar diselesaikan, dia memanggil semua sahabatnya. Di antara orang yang dia undang adalah Abdullah bin Abbas. Apabila Abdullah bin Abbas datang, Umar meninggikan tempat duduk Abdullah bin Abbas, sedangkan dia sendiri merendahkan tempat duduknya.
Umar berkata kepadanya, “Saya mempunyai masalah yang sangat berat sekali, hanya orang-orang yang semisalmu yang dapat menyelesaikan masalah tersebut.”
Pernah suatu ketika Umar dikritik karena mengundang Abdullah bin Abbas dan mengikutsertakannya dalam kumpulan para sahabat. Abdullah bin Mas’ud masih terlalu muda, alasan mereka. Lalu Umar bin Khattab menjawab, “Sungguh Abdullah bin Abbas adalah pemuda yang berfikiran dewasa, mempunyai lisan yang selalu bertanya, mempunyai akal yang cerdas.”
Meskipun Abdullah bin Abbas selalu pergi untuk mengajarkan ilmu kepada orang-orang tertentu namun dia tidak melupakan haknya kepada orang-orang awam. Dia juga mempunyai majlis untuk memberikan nasihat dan peringatan.
Di antara nasihatnya ialah, nasihat  kepada para pelaku dosa,
“Wahai para pelaku dosa, janganlah kalian merasa aman dari siksaan yang disebabkan oleh dosa kalian. Ketahuilah, dosa yang kalian lakukan akan selalu diiringi dosa yang lebih besar dari dosa yang kalian lakukan. Ketiadaan rasa malu kepada orang yang berada di sebelah kanan dan kirimu ketika engkau melakukan perbuatan dosa tidaklah mengurangi dosa kalian. Tertawa kalian saat melakukan dosa, sungguh lebih besar dosanya daripada dosa yang kalian lakukan. Kalian melakukan perbuatan dosa, padahal kalian tidak tahu apa yang akan Allah perbuat untuk kalian. Kebahagiaan kalian ketika berhasil  melakukan dosa, lebih besar dosanya daripada dosa yang kalian lakukan. Kesedihan kalian karena tidak bisa melakukan dosa, merupakan dosa yang lebih besar daripada dosa itu sendiri. Ketakutan kalian jika perbuatan dosa yang kalian lakukan diketahui manusia adalah dosa yang lebih besar dari dosa yang kalian lakukan. Apalagi jika hati kalian pada waktu itu tidak sedikitpun ada rasa takut dengan pengawasan Allah. Wahai para pelaku dosa, tahukan kalian apa dosa nabi Ayyub As. ketika Allah menimpakan cobaan pada diri dan hartanya? Dosanya pada waktu itu hanyalah karena dia tidak memberikan pertolongan kepada orang yang datang meminta tolong padanya.”
****
Abdullah bin Abbas bukanlah merupakan tipe orang yang mengatakan apa yang tidak dia lakukan, bukan pula seperti orang yang melarang sesuatu padahal dia sendiri melakukannya. Abdullah bin Abbas adalah orang yang ahli puasa di siang hari dan ahli shalat tahajjud pada malam hari.
Abdullah bin Malikah menceritakan tentang Abdullah bin Abbas. Dia berkata, “Dulu aku pernah menemani Abdullah bin Abbas bepergian dari Makkah menuju Madinah. Apabila kami singgah di sebuah rumah, kami melakukan shalat di separuh malam ketika semua manusia tertidur karena kecapekan yang luar biasa. Pada suatu malam aku melihatnya membaca ayat,
وَ جآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيْدُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan nyata, pada waktu itu kalian tidak bisa melarikan diri…”(Qaf:19)
Abdullah bin Abbas mengulang-ulang ayat itu dan menangis dengan suara yang keras hingga matahari terbit.”
****
Setelah kita mengenal Abdullah bin Abbas, cukuplah bagi kita untuk mengatakan bahwa Abdullah bin Abbas adalah orang yang paling menawan di antara semua manusia dan paling cerah wajahnya. Abdullah bin Abbas selalu menangis di tengah malam karena takut kepada Allah hingga air matanya yang deras meninggalkan dua bekas pada kedua pipinya yang indah. Bekas itu menyerupai bekas tali sandal.
Abdullah bin Abbas mencapai puncak kemuliaan ilmu yang paling tinggi. Hal itu terbukti ketika pada suatu hari khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan keluar untuk menunaikan ibadah haji. Abdullah bin Abbas pada waktu itu juga keluar untuk menunaikan ibadah haji. Waktu itu Abdullah bin Abbas tidak memiliki kekuasaan atau kerajaan. Muawiyah membawa rombongan yang sangat banyak yang terdiri dari para pegawai pemerintahannya. Namun ternyata Abdullah bin Abbas juga mempunyai rombongan yang sangat banyak melebihi rombongan khalifah Muawiyah. Rombongan tersebut adalah para pencari ilmu.
Abdullah bin Abbas hidup di dunia selama 71 tahun. Selama hidupnya dia memenuhi dunia dengan ilmu, hikmah dan takwa.
Ketika Abdullah bin Abbas meninggal dunia, Muhammad bin Hanafiyyah[2] juga turut menyolatkannya. Sedangkan yang lainnya ialah para sahabat yang masih hidup dan juga para tabi’in.
Ketika mereka menaburkan tanah di atas kuburannya, tiba-tiba mereka mendengar seseorang yang membaca,
Artinya,
“Wahai jiwa-jiwa yang tenang. Kembalilah kepada tuhanMu dengan hati yang ridha dan diridhai * Masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah surgaKu. (al-Fajr: 27-30) [3]

Senin, 14 Februari 2011

Ali Bin Abi Tholib

Berbicaralah dengan manusia dengan bahasa yang mudah dipahami (Ali ra).
Dilahirkan di Mekkah 32 tahun sejak kelahiran Rasulullah dan 10 tahun sebelum kenabian Muhammad bin Abdullah (Rasulullah). Nama lengkapnya Ali bin Abu Tholib bin Abdul Mutholib bin Hasyim al-Qursy al-Hasyimy. Satu kakek dengan Rasulullah, yaitu kakek pertama; Abdul Mutholin. Nama panggilannya Abul Hasan, kemudian Rasulullah memberikan nama panggilan lain, yaitu Abu Turob. Ibunya bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf al-Qursyiah al-Hasyimiah.
Mengenai pribadinya, wajahnya tampan, beliau berkulit sawo matang, kepalanya botak kecuali bagian belakang, matanya lebar dan hitam, pundaknya lebar (kuat), tangan dan lengannya kuat, badanya besar hampir-hampir gemuk dan tubuhnya tidak tinggi dan tidak pendek (sedang). Beliau adalah sosok laki-laki ceria dan banyak tertawa.
Pada tahun 2 Hijriah, Rasulullah menikahkan dengan putrinya, Fatimah. Beliau belum pernah menikah ketika menikahi Fatimah hingga wafatnya Fatimah. Fatimah wafat 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah. Selama hidupnya beliau menikahi 9 wanita dengan 29 anak; 14 laki-laki dan 15 perempuan. Diantara putra beliau yang terkenal adalah Hasan, Husain, Muhammad bin al-Hanifah, Abbas dan Umar.
Pada masa jahiliyah(zaman sebelum kedatangan Islam), beliau belum pernah melakukan kemusyrikan dan perbuatan yang dilarang oleh Islam. Dalam sejarah kemunculan Islam, beliau termasuk golongan pertama yang masuk Islam dari anak-anak. Umurnya waktu itu 10 tahun. Pada waktu terjadi peristiwa hijrah umurnya 23 tahun dan ikut berhijrah bersama Rasulullah.
Setelah wafatnya Utsman akibat serangan yang dilakukan oleh pembrontak, beliau menjadi kholifah yang keempat pada tahun 35 Hijriah. Selama 4 tahun, 8 bulan dan 22 hari beliau memangku jabatan sebagai kholifah.
Beliau wafat pada tahun 40 Hijriah, tanggal 17 ramadhan, ketika hendak sholat subuh, di Kuffah (Iraq) setelah dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam (pengikut Khawarij). Umurnya ketika itu 63 tahun. Beliau wafat sebagai seorang syahid dan termasuk 10 orang yang dikabarkan akan masuk surga sebagaimana disabdakan Rasulullah. Mengenai tempat dikuburkannya para sejarawan berbeda pendapat. Ada yang mengatakan dikubur di Kuffah. Pendapat lain dikuburkan di Madinah. Ada juga yang mengatakan bukan pada keduanya.
Betapa besar pengorbanan beliau dalam membela Islam. Ketika orang-orang musyrik bersepakat hendak membunuh Rasulullah, beliau menempati tempat tidur Rasulullah di rumahnya. Malam itu Rasulullah berhijrah.
Sebelum Rasulullah wafat, Rasulullah mengingkat persaudaraan antar Ali dan Sahal bin Hanif. Semua peperangan pada masa Rasulullah kecuali perang Tabuk, beliau tidak ikut. Waktu itu beliau diperintahkan Rasulullah untuk mengurusi dan memimpin kota Madinah. Kemudian orang-orang munafik menyebarkan fitnah atas pribadinya. Beliau pun akhirnya datang kepada Rasulullah melaporkan fitnah orang munafik terhadapnya. “Wahai Rasulullah, Kamu suruh aku memimpin bagi para wanita dan anak-anak?” tanya Ali. Rasulullah menjawab; “ Tidakkah kamu ridho menempati kedudukan Harun bagi kekuasaan Musa (untuk mengurusi perkara yang penting), padahal kamu tahu bahwa tidak ada nabi setelahku”(HR.Muslim). Dalam banyak peperangan, beliaulah yang membawa bendera Rasulullah (Islam).
Pada waktu terjadi perang Khoibar, Rasulullah bersabda; “ suatu saat nanti, niscaya aku akan berikan bendera (islam) kepada seseorang yang tangganya terbuka, seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Malam itu semua sahabat bertanya-bertanya dalam hati, kepada siapa bendera itu diberikan. Paginya, mereka semua berharap menjadi orang yang diberi bendera itu. Tiba-tiba Rasulullah berkata; “Di na Ali?” seseorang menjawab; “Matanya sedang sakit.” Kemudian Rasulullah mendatanginya. Rasulullah meludahi matanya sambil berdo’a. Dengan izin Allah, sakitnya matanya hilang. Bendera itu pun diberikan padanya(HR.Bukhori).
Masa kekhalifannya banyak menghadapi perselisihan. Muawwiyah bin Abu Sufyan r.a. dan beberapa sahabat menentangnya kerena beliau lambat memberikan hukum qisos pembunuh Utsman. Hingga kemudian mereka enggan membaiat dan mengakui menjadi kholifah. Dari sinilah muncul perselisihan antara para sahabat. Pada tahun 36 Hijriah terjadi peristiwa al-Jamal yaitu perselisihan antara Ali dengan Aisyah. Pada tahun 37 Hijriah terjadi pertiwa Shiffin, yaitu perselisihan antara Ali dengan Muawwiyah. Pada tahun 40 Hijriah terjadi peristiwa Nahrawan, yaitu perselisihan antara Ali dengan kaum Khawarij.
Kurang lebih ada 586 hadits yang diriwayatkan beliau. Diantara riwayat hadits itu; ketika hari kiamat, Rasulullah bersabda; “Allah mengisi rumah-rumah dan kuburan manusia dengan api. Mereka sibuk hingga melupakan sholat wusto (ashar) hingga matahari terbenam (HR.Bukhori).
Diantara kata-kata dan nasehat beliau;
    • “Takwa adalah takut kepada Dzat yang Agung, melaksanakan perintahnya, ridho dengan yang sedikit, penuh persiapan untuk menghadapi perjalan panjang (kematian).”
    • “Berbicaralah dengan manusia dengan bahasa yang mudah dipahami. Apakah kalian ingin mendustakan Allah dan Rasul-Nya.
    • “Jangan Sekali-kali berbuat dholim jika kamu diberi kekuasaan, kedholiman adalah sumber kejahatan yang menyebabkan penyeselan. Boleh jadi matamu tertidur pulas, sedangkan mata orang teraniaya selalu terjaga, mendoakan kamu (dengan keburukan) sedangkan Allah tidak pernah tertidur.” (diantara syair-syairnya)
    • Sebelum wafatnya beliau berpesan; “Aku nasehatkan kalian supaya bertakwa kepada Allah, Tuhan Kalian. Dan jangan sekali-kali mati melainkan tetap dalam Islam. Firman Allah: “Dan berpegang teguhlah kalian kepada tali Allah dan jangan sekali-kali bercerai berai.” Saya pernah mendengar

Utsman Bin Affan

Maka niscaya Allah akan cukupkan bagi kalian…(QS.Al-Baqoroh;138)
Dilahirkan di Mekkah, 5 tahun setelah kelahiran Rasulullah atau 5 tahun setelah terjadi peristiwa gajah (peristiwa penyerbuan gajah terhadap Ka’bah yang dipimpin oleh Raja Abraha). Peristiwa ini diabadikan dalam salah satu surah al-Qur’an yang dikenal dengan surah al-Feil (gajah).
Nama lengapnya “Ustman bin Affan bin Abu al-‘Ashi bin Ummayah bin Abdussyam bin Abdul Manaf. Nama panggilannya Abu Abdullah dan gelarnya Dzunnurrain (yang punya dua cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena Rasulullah menikahikan dua putrinya untukny; Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata; “ Sekiranya kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu.” Dari pernikahannya dengan Roqoyyah lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriah. Beliau wafat pada tahun 35 Hijriah berumur 82 tahun. Menjabat sebagai khalifah ketiga selama 12 tahun.
Menikahi 8 wanita, empat diantaranya meninggal yaitu Fakhosyah, Ummul Banin, Ramlah dan Nailah. Dari perkawinannya lahirlah 9 anak laki-laki; Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Sa’id dan Abdul Muluk. Dan 8 anak perempuan.
Selama menjabat sebagai kholifah banyak wilayah yang ditaklukan yaitu Afrika, Ciprus, Thabarstan, Khurosan, Armania, Qauqaz, Karman dan Sajastan. Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya.
Beliau adalah kholifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Bagitu juga membangun armada pasukan laut (merine) untuk umat Islam, mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh kholifah sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu perkara di masjid.
Pada masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian.
Beliau adalah sosok laki-laki yang tampan dan gagah. Kulitnya berwarna agak hitam, botak,berjenggot tegal dan pergelanggan tanggannya besar. Pribadinya sangat pemalu hingga suatu ketika baju Rasulullah tersingkap hingga kelihatan pahanya. Kemudian Abu Bakar dan Umar masuk rumahnya. Pada waktu Utsman hendak minta izin masuk, Rasulullah menutup pahanya yang terbuka. Utsman berkata; “Ingat, aku betul-betul malu dengan seorang yang malaikat sendiri merasa malu dengannya.”
Perjuangannya dalam membela Islam tidak hanya dengan hartanya saja. Tapi juga raga dan nyawanya. Beliau sangat senang mengeluarkan hartanya demi kepentingan Islam. Hingga pernah mengirimkan setengah pasukan ke medan perang dengan hartanya. Pernah mendermakan 300 unta dan 50 kuda tunggangan. Begitu juga mendermakan 1000 dinar yang diserahkan langsung kepada Rasulullah. Rasulullah pun berkata; “Apa yang diperbuat pada hari ini, Utsman tidak akan merugi (di akherat)”(HR.Tirmidhi). pada waktu orang-orang membutuhkan air untuk keperluan dirinya dan hewan ternaknya, Utsman membeli sumber mata air dari Raimah, seorang yahudi, untuk diwakafkan kepada umum. Mengenai kedermawannya, Abu Hurairah berkata; “Utsman bin Affan sudah membeli surga dari Rasulullah dua kali; pertama ketika mendermakan hartanya untuk mengirimkan pasukan ke medan perang. Kedua ketika membeli sumber air (dari Raimah)”(HR.Tirmidhi).
Beliau termasuk 10 orang yang dikabarkan akan masuk surga. Dalam menjalani hidupnya, beliau sangat takut dengan azab dan siksa Allah. Hingga suatu ketika berkata; “Sekiranya diriku berada di antara surga dan neraka dan saya tidak tahu mana diantara dua itu saya aka masuk, niscaya saya akan pilih menjadi abu sebelum aku tahu ke mana saya dimasukkan.” Rasulullah pernah mengkabarkan bahwa dirinya termasuk ahli surga karena sabar dan tawakal menghadapi cobaan dan derita dari Allah. Begitu fitnah yang menimpa dirinya hingga akhirnya terbunuh secara kejam dan dholim.
Pada waktu perang Uhud, beliau berdiri bersama Rasulullah, Abu Bakar dan Umar. Tiba-tiba gunung itu bergetar, kemudian Rasulullah berkata; “Mohon jangan lari, tetap berada di Uhud. Jangan takut, kamu bersama nabi, Abu Bakar dan dua orang saksi”(HR.Bukhori).
Pada masa kekhalifahanya, Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam, mengumpulkan massa untuk melakukan protes terhadap Utsman. Mereka menuntut Utsman agar tidak menunjuk orang-orang yang duduk di pemerintahannya dari keluarga Utsman. Utsman bukanlah kholifah yang rakus akan harta benda dan kekuasaan. Ijtihad Utsman dalam menentukan orang-orang yang menjabat di pemerintahnya didasarkan pada kompetensi dan kecakapan. Mereka yang dipilih adalah orang-orang yang ahli di bidangnya. Lebih dari itu mereka adalah orang-orang yang takwa. Dalam peristiwa ini, Utsman dibunuh ketika sedang membaca al-Qur’an di rumahnya pada waktu pagi hari raya Idul Adha. Beliau mati syahid pada tahun 35 Hijriah berumur 82.
Dari Abdullah bin ar-Rumy berkata, “Utsman bin Affan biasanya kalau berdiri di depan kubur menanggis hingga air matanya membasai jenggotnya. Seseorang bertanya, “Kamu ingat surga dan neraka tapi kamu tidak menanggis. Kamu ingat kubur tapi kamu menanggis?” Beliau menjawab, “Saya mendengar Rasulullah bersabda “Kubur adalah rumah pertama dari rumah-rumah menuju akherat. Sekiranya orang selamat dari siksa kubur, maka setelahnya akan menjadi mudah. Jika tidak selamat maka setelahnya akan terasa berat dan susah.” Dari al-Hasan berkata, “Saya lihat Utsman tidur di masjid dengan berselimut. Tidak ada seorang pun di sekitarnya. Padahal beliau adalah seorang amirul-mukminin”(al-Hilyah;1/60).
Inilah sejarah kali pertama darah mengalir bercucuran dari tubuhnya sebagaimana disebutkan dalam firman Allah; “Maka niscaya Allah akan cukupkan bagi kalian…(QS.Al-Baqoroh;138). Beliau dimakamkan di kuburan Baqi’ (kuburan yang berada samping masjid Nabawi) setelah melarang untuk ikut mengantar jenazah bagi orang-orang yang melakukan protes.